Apakah Anda kecanduan bekerja atau Anda pekerja keras? Membedakan dua hal tersebut sangat sulit, khususnya di era digital ini terdapat tren hustle culture. Tidak menjadi masalah bila Anda menyukai pekerjaan, bila saat pekerjaan ada di atas segalanya, bahkan lebih penting pekerjaan dibandingkan keluarga dan kesehatan, itulah waktu Anda untuk mengevaluasi diri.
Belakangan ini workaholic menjadi istilah baru di kalangan masyarakat, dipopulerkan pertama kali oleh psikolog sekaligus pendeta Wayne Oates di tahun 1971. Istilah yang satu ini merujuk ke dorongan yang tidak bisa dikendalikan untuk bekerja secara terus menerus. Selain itu, workaholic pun tidak terdapat pada DSM V, atau kitab diagnostik psikolog klinis dan psikiater.
Namun, keadaan ini dapat dihubungan dengan tanda-tanda gangguan lain, misalnya depresi, ADHD, dan gangguan obsesif kompulsif. Lalu, apa bedanya workaholic dan pekerja biasa? Terdapat sejumlah tanda-tanda yang dapat Anda jadikan patokan seperti:
Ciri-Ciri Workaholic dan Pekerja Keras
- Pekerja keras dapat menghentikan “mode kerja” di otaknya ketika dibutuhkan, seperti saat jam kerja telah selesai, ketika berkumpul dengan keluarga, ketika jalan-jalan, atau sedang pergi berlibur. Ia tidak akan merasa bersalah sebab melakukan hal tersebut.
Workaholic tidak dapat memberhentikan pikirannya pada pekerjaan, bahkan ketika waktu istirahat sudah tiba. Apabila berhenti, maka dia akan merasa bersalah dengan hal tersebut.
- Pekerja keras dapat menyeimbangkan antara kerja sendirian dan bekerja sama, sebab dia tahu batas kemampuannya. Sehingga ia tidak keberatan untuk membagi tugasnya dengan teman kerjanya.
Biasanya workaholic mempunyai rasa untuk mengendalikan diri yang baik. Ia biasanya sulit untuk bekerja sama dengan temannya sebab ingin melakukan seluruh pekerjaan tersebut sendiri, meskipun hal itu dapat membuatnya sangat kelelahan.
- Umumnya para pekerja keras akan memandang pekerjaannya menjadi sumber penghasilan, cita-cita atau cerminan hasrat bahkan paduan dari seluruh hal tersebut. Mungkin kadarnya saja yang berbeda-beda setiap individunya.
Workaholic menempatkan pekerjaan di atas semua hal. Menurutnya, pekerjaan mendominasi seluruh bidang kehidupannya. Selain itu, workaholic pun cenderung menjadikan sebuah pekerjaan menjadi pelariannya terhadap masalah yang sedang dideritanya, sebab ia menganggap jika pekerjaan merupakan sebuah hal yang dapat dikendalikan.
- Pekerja keras bisa mengubah stres menjadi sebuah motivasi atau dorongan untuk melewati hambatan pada pekerjaan. Istilah kerennya “eustress” atau stres ringan dengan jangka waktu yang singkat dan memotivasi.
Workaholic, khususnya yang telah kronis, umumnya hanya merasakan emosi negatif seperti kebencian dan bahkan apatis serta muak yang terpendam pada pekerjaannya. Setiap seluruh pekerjaan hanya berakhir pada stres yang terus menerus dirasakannya.
- Pekerja keras bisa membagi tugasnya dan juga membuat prioritas. Selain itu, ia pun dapat menentukan mana hal yang perlu ia dahulukan dan dapat dikerjakan nanti. Ia paham jika membuat prioritas begitu penting untuk mengelola kerapiannya dalam bekerja.
Workaholic biasanya akan terlalu nafsu untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya sendiri dan secepat-cepatnya. Yang menyebabkan, ia akan bingung saat menentukan prioritasnya. Seluruh tugas yang didapatnya akan dilabeli “penting” olehnya. Oleh sebab itu, pada praktiknya, ia justru tidak dapat membuat prioritas sehingga memaksakan untuk menyelesaikan seluruh tugas nya hanya dalam satu waktu saja.
Tahukan Anda jika workalism ada pada beberapa bentuk? Nah, dibawah ini sejumlah tipe workaholic dan karakteristiknya.
- Martyr
Workaholic yang gemar membantu orang lain, seperti mengambil job kerja sangat banyak, bahkan melebihi batas wajarnya. Ia senang sebab merasa dibutuhkan, namun rasa tersebut umumnya cepat untuk memudar.
- Defeatist
Workaholic yang mengacuhkan seluruh hal yang positif untuknya, misalnya pasangan, teman, keluarga sampai kesempatan bagus untuk bekerja di tempat lain. Menurutnya, dirinya tidak layak untuk memperoleh semua hal yang baik di kehidupan ini.
- Self-punisher
Tipe workaholic yang satu ini menganut aliran ekstrim yaitu “no-pain no-gain”. Ia tidak akan ragu untuk melakukan berbagai hal yang bisa merusak mental dan tubuhnya hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti melewatkan jam makan, minum obat stimulan dan hal lainnya yang berlebihan.
- Saboteur
Lalu, untuk workaholic saboteus berarti ia menjadi ceroboh dalam segala hal sebab hasrat menempatkan pekerjaan diatas semuanya. Umumnya sering lupa membawa atau menaruh barang, tidak memakai filter ketika berkata di depan umum dan biasanya banyak melakukan kesalahan saat bekerja. Untuknya, semua hal tersebut tidak penting, sebab otaknya telah penuh dengan pekerjaan.
- Narcissistic
Yang terakhir adalah narcissistic yang workaholic yang memakai standarnya guna menilai orang lainnya. Biasanya tipe yang satu ini dapat marah besar hanya karena bawahan atau rekannya pulang kantor dengan tepat waktu. Bila memiliki jabatan, biasanya tipe ini hanya bisa memberi toleransi kecil untuk pegawainya.
Demikianlah, perbedaan dari pekerja keras dengan workaholic yang harus Anda ketahui. Jangan lupa untuk membuat batasan untuk semua hal, terutama pekerjaan. Karena tubuh Anda butuh mental dan fisik yang sehat untuk bekerja.